Cerita tentang keindahan pulau Lihaga telah lama saya dengar dari teman-teman yang pernah ke pulau tersebut dan terutama dari masyarakat di desa Tanah Putih, suatu desa tempat saya bertugas sebagai guru pada tahun 2001 sampai dengan 2005. Desa Tanah Putih dan pulau Lihaga berada pada satu kecamatan yaitu Likupang Barat di Kabupaten Minahasa Utara. Pada saat itu Lihaga telah menjadi tujuan wisata yang diminati oleh turis dari mancanegara maupun turis domestik. Cerita yang lebih detil tentang pulau tersebut saya dengar dari seorang pekerja di resor di pulau itu, tetapi detilnya itu sudah saya lupa, sampai pada selasa 19 Juni 2012 saya mendapatkan kesempatan membuktikan keindahan pulau tersebut. Bersama-sama dengan siswa-siswa dan teman-teman guru kami pergi kepulau tersebut, berangkat dengan mobil dari Manado pukul delapan pagi, dan tiba di dermaga di desa Paputungan yang bersebelahan dengan desa Tanah Putih satu setengah jam kemudian. Dari Paputungan Kami menyeberang dengan perahu nelayan menuju pulau Lihaga.
Memandang pulau Lihaga
dari kejauhan yang nampak adalah pulau hijau penuh pepohonan yang
setengahnya dilingkari dengan pasir putih. Deru dua mesin 15 PK yang
menempel pada bagian belakang perahu seakan tertutupi dengan decak
bahkan teriakan kagum puluhan orang dalam perahu tersebut yang mengagumi
keindahan ciptaan Tuhan yang dilihat dari jarak dekat. Melalui
jernihnya air kami dapat melihat karang-karang yang indah menghiasi
pemandangan bawah air di sekitar pulau tersebut. Suatu pemandangan bawah
air yang menyejukan mata yang dinikmati sementara kami masih di atas
perahu yang bergerak sangat lambat mencari tempat berlabuh yang tepat.
Di pinggir pantai terlihat perahu-perahu bebagai warna yang telah datang
terlebih dulu membawa pengunjung-pengunjung.
Saya bukanlah orang yang telah pergi ke banyak pantai pasir putih,
tetapi sungguh pasir putih di pulau Lihaga adalah pasir putih yang
terlembut yang pernah saya rasakan, sangat halus. . Pasir putih tersebut
tidak bercampur dengan karang. Karang-karang di pantai tersebut berada
lebih ke arah air, sedangkan pasir ke bagian lebih tinggi ke dataran
pulau tersebut. Seakan ingin menyatu dengan keindahan
pulau itu, siswa-siswa tidak menunggu lama langsung mengambil berbagai
pose yang ceria, berfoto bak foto model walaupun di tengah terik
matahari sekitar pukul sebelas. Langit yang biru cerah dihiasi awan
putih cemerlang mendandangi pemandangan sekitar pulau tersebut, meski
udara terasa sangat panas. Banyak diantara kami langsung menceburkan
diri di air, mandi di pantai yang bersih. Lihaga memang tempat yang
bersih dan nyaman untuk rileks, suatu situs tujuan wisata alam Indonesia
yang sangat menarik.
Kami mengelilingi setengah pulau tersebut. Berjalan menyusuri pinggiran
pantai dan memotong tengah pulau yang berupa hutan kecil dengan banyak
pohon. Tidak terlalu lama waktu yang diperlukan untuk tiba di tempat
semula karena menurut salah seorang pekerja yang mengurus pulau, Lihaga
hanya seluas lima hektar. Tanah dan karang yang berwarna kekuningan
kira-kira sepanjang empat ratus meter menghiasi bagian belakang Lihaga.
Setengah pulau itu adalah hutan. Tidak ada resor atau tempat penginapan
turis di pulau itu, hanya ada pondok-pondok kecil tempat tinggal para
pekerja pengurus pulau. Ada fasilitas tempat berbilas dan toilet yang
tarifnya cukup mahal menurut saya yaitu dua puluh ribu rupiah per satu
galon air tawar, hal ini disebabkan karena susahnya air tawar di pulau
tersebut, saluran air tawar hanya kecil dengan jumlah airnya yang juga
sedikit.
Jam tiga sore kami
kembali, masih dengan perahu yang sama yang menunggu, perahu tersebut
bisa menampung empat puluh orang dengan biaya tujuh ratus lima puluh
ribu rupiah. Tiba kembali ke dermaga di desa Paputungan empat puluh
menit kemudian, waktu yang sama yang diperlukan ketika perjalanan pergi
dari Paputungan ke pulau Lihaga. Ada tiga dermaga kecil
yang sering digunakan untuk menyeberang ke pulau Lihaga yaitu dermaga di
Paputungan dan Serei yang terletak di kecamatan Likupang Barat dan
dermaga di Likupang, kecamatan Likupang Timur.
Perjalanan ke pulau lihaga tersebut menjadi bukti bagi
saya bahwa pulau Lihaga memang indah, bukan hanya indah tetapi cantik,
ya cantik. Jika Tuhan berkenan lain waktu mendatang saya akan kesana
lagi. Anda ingin membuktikannya?
Tulisan ini dapat dibaca juga di kompasiana.com
Tidak ada komentar:
Posting Komentar